Senin, 27 Februari 2012
Namun, alibi
pemerintah yang menyatakan bahwa pembangunan akan terhambat lantaran subsidi
BBM yang terlalu memberatkan APBN tidak selamanya benar. Sebab subsidi tetap
penting diberikan terutama kepada masyarakat nelayan untuk menjaga stabilitas
ekonomi nasional, yaitu mengendalikan inflasi yang didorong oleh administered price (barang yang harganya
dikendalikan oleh pemerintah).
Di sisi lain,
inefisiensi dan ketidak disiplinan pemerintah dalam pengelolaan subsidi energi
menjadi pemicu pembengkakan subsidi, hal tersebut berdampak dan menyebabkan
kontribusi APBN terhadap pembangunan ekonomi Indonesia sangat minim. Hal lain
yang perlu dicermati adalah kegagalan pemerintah dalam melakukan perombakan dan
reformasi birokrasi. Sejauh ini, buruknya penataan birokrasi pemerintahan hanya
menjadi ruang bagi adanya praktik korupsif dan manipulatif sehingga peran APBN
dalam pembangunan ekonomi untuk kesejahteraan semakin kecil dan sangat
terhambat.
BBM Bersubsidi Untuk Nelayan
Berkaitan
dengan rencana kenaikan harga BBM, kenaikan harga solar menjadi Rp 4.500 per
liter dari sebelumnya Rp. 4.300 per liter dipastikan akan menambah beban hidup
dan operasional para nelayan, karena selama ini bahan bakar menyumbang 50%-60%
biaya nelayan. Tekanan ekonomi nelayan akan semakin sulit sejalan dengan
kenaikan biaya operasional serta kebutuhan dasar lain seperti pangan, papan,
pendidikan dan kesehatan.
Lemahnya
komitmen pembangunan di sektor kelautan membuat warga di desa dan kawasan
pesisir masih dilanda kemiskinan akut. Pembangunan di sektor ini sama sekali
belum mencapai target kesejahteraan, apalagi memberi kontribusi bagi
perekonomian daerah. Padahal undang-undang yang mengatur sektor kelautan maupun
pembangunan pesisir jelas mendorong peningkatan kesejahteraan para nelayan di
kawasan pesisir.
Ironisnya,
penyalahgunaan BBM bersubsidi untuk nelayan tradisional oleh pelaku industri
marak terjadi karena Peraturan Presdien No. 15 Tahun 2012 tentang Harga Jual
Eceran dan Konsumen Pengguna Jenis BBM tertentu tidak sedikitpun menyinggung
permaslahan tersebut. Faktanya, banyak oknum aparat pemerintah yang nakal
menimbun stok BBM bersubsidi untuk para nelayan tradisional. Mereka juga mempersulit
nelayan untuk memperoleh subsidi melalui mekanisme izin dan retribusi.
Selain itu,
pendistribusian BBM bagi nelayan tradisional tidak pernah tersedia secara
berkelanjutan. Nelayan tradisional justru dikriminalisasi atas tuduhan
penimbunan BBM karena melakukan pembelian BBM dengan menggunakan drum atau
jirigen di SPBU.
Alibi
pertumbuhan konsumsi BBM dan efisiensi anggaran negara tidak boleh menjadi
alasan bagi berkurangnya alokasi BBM bersubsidi bagi nelayan tradisional. Sebab
tujuan dari pembangunan adalah terciptanya kesejahateraan serta terpenuhinya
taraf hidup masyarakat, yaitu ekonomi, pendidikan dan kesehatan.
Oleh karena
itu, sebagai anggota Komisi VII Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa DPR RI yang
memiliki komitmen serta kepedulian terhadap keberlangsungan hidup masyarakat
nelayan (pesisir), saya menghimbau kepada pemerintah agar seluruh nelayan tetap
mendapatkan harga BBM bersubsidi dan tidak ada kenaikan harga.
Dengan tetap
memberikan subsidi bagi para nelayan, berarti kita turut serta mendukung dan peduli
dalam mendorong keberlangsungan mata pencaharian masyarakat nelayan tradisional serta
mendorong tercapainya proses pembangunan kesejahteraan secara berkelanjutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tulisan ini adalah hasil kesimpulan bacaan dari beberapa sumber media> Monggo silahkan berkomentar. Salam